Search results
Results From The WOW.Com Content Network
Banyumasan (basa Banyumasan), also known as the autoglottonym Ngapak (basa Ngapak), is a dialect of Javanese spoken mainly in three areas of Java that is the Banyumasan, located in westernmost Central Java province and surrounding the Slamet mountain and Serayu River; a neighboring area inside West Java province; and northern region of Banten province.
Betapa Mudah Menyusun Tulisan Ilmiah (Esensi, 2016) Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global (Esensi, 2013) [8] [9] Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional (Multi Pressindo, 2013) Wajib Belajar 9 Tahun untuk Masa Depan yang Lebih Baik (Ditjen Dikdas Kemdikbud RI, 2013)
Indonesian (Bahasa Indonesia) Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan. Javanese (Basa Jawa or ꦧꦱꦗꦮ)
The first volume of a 1917 printed edition by Rd. Pandji Djojosubroto (Serat Babad Tanah Jawi; G.C.T. Van & Company)Babad Tanah Jawi (Javanese: ꦧꦧꦢ꧀ꦠꦤꦃꦗꦮꦶ, lit.
Yang dinamakan 'Bahasa Indonesia' yaitu bahasa Melayu yang sungguhpun pokoknya berasal dari 'Melayu Riau' akan tetapi yang sudah ditambah, diubah atau dikurangi menurut keperluan zaman dan alam baru, hingga bahasa itu lalu mudah dipakai oleh rakyat di seluruh Indonesia; pembaharuan bahasa Melayu hingga menjadi bahasa Indonesia itu harus ...
Bihun goreng, bee hoon goreng or mee hoon goreng refers to a dish of fried noodles cooked with rice vermicelli in both the Indonesian and Malay languages. [1] In certain countries, such as Singapore, the term goreng is occasionally substituted with its English equivalent for the name of the dish.
Malay (UK: / m ə ˈ l eɪ / mə-LAY, US: / ˈ m eɪ l eɪ / MAY-lay; [9] [10] Malay: Bahasa Melayu, Jawi: بهاس ملايو) is an Austronesian language spoken primarily by Malays in several islands of Maritime Southeast Asia and and the southern part of Thailand on the mainland.
Soekmono (14 July 1922 – 9 July 1997) was an Indonesian archaeologist and historian.. Throughout his career, he wrote about and researched Borobudur and the Javanese Candi. [1]