Search results
Results From The WOW.Com Content Network
Tanah tumpah darahku yang mulia Yang kupuja sepanjang masa Tanah airku aman dan makmur Pulau kelapa yang amat subur Pulau melati, pujaan bangsa Sejak dulu kala. Melambai-lambai nyiur di pantai Berbisik-bisik raja kelana Memuja pulau yang indah permai Tanah airku, Indonesia! My homeland Indonesia The beautiful country that I loved most
"Chan Mali Chan" is a folk song popular in Malaysia and Singapore. [1] [2] The song is a light-hearted song that may have its origin in a Malay poem pantun. [3]In Indonesia there are songs that have similar tones such as "Anak Kambing Saya" ("My Lamb" or "My Baby Goat") written by Saridjah Niung.
Di sana tempat lahir beta Dibuai, dibesarkan bunda Tempat berlindung di hari tua Tempat akhir menutup mata Second verse: Sungguh indah tanah air beta Tiada bandingnya di dunia Karya indah Tuhan Maha Kuasa Bagi bangsa yang memujanya Reff: Indonesia ibu pertiwi Kau kupuja, kau kukasihi Tenagaku bahkan pun jiwaku Kepadamu rela kuberi
Kalau salah tolong tunjukkan. Pulau pandan jauh ke tengah, Gunung Daik bercabang tiga; Hancur badan di kandung tanah, Budi yang baik dikenang juga. Dua tiga kucing berlari, Mana sama si kucing belang; Dua tiga boleh ku cari, Mana sama adik seorang. Pisang emas dibawa berlayar, Masak sebiji di atas peti; Hutang emas boleh dibayar, Hutang budi ...
Original: Translation: Satu nusa Satu bangsa Satu bahasa kita Tanah air Pasti jaya Untuk s'lama-lamanya Reff : Indonesia pusaka Indonesia tercinta Nusa bangsa
Duli Yang Maha Mulia (pronounced [duli jaŋ maha mulia]) is the title of the state anthem of Selangor, Malaysia. It was adopted in 1967. The writer of the lyrics is unknown. The music was written by Saiful Bahri, who also wrote and composed the Malaccan state anthem, Melaka Maju Jaya. [1] The phrase is a royal title, equivalent to "His Royal ...
It was adopted as an official state anthem in 1911 at the behest of Tuanku Muhammad Shah (1865–1933), the seventh Yang di-Pertuan Besar, who ruled Negeri Sembilan from 1888 to 1933. [1] The anthem was subject to the fine-tuning efforts of the second son of the current Yang DiPertuan Besar, Tunku Zain Al-'Abidin ibni Tuanku Muhriz. [2]
"Jos" Cleber was an experienced arranger not only of western songs but also for Indonesian pop songs such as Di Bawah Sinar Bulan Purnama and Rangkaian Melati. Indonesia Raya was recorded under Cleber's direction on a newly acquired Phillips recorder in early 1951 with musicians from all three radio orchestras of RRI Jakarta and the tape was ...