Search results
Results From The WOW.Com Content Network
"Gugur Bunga di Taman Bakti" (The Fallen Flower in the Garden of Devotion), better known as "Gugur Bunga", is an Indonesian patriotic song written by Ismail Marzuki in 1945. Written to honor the Indonesian soldiers killed during the Indonesian National Revolution , it tells of the death of a soldier, and the singer's feelings.
"Di Udara" is dedicated to Munir, a human rights activist who was killed on a plane. The lyrics of "Efek Rumah Kaca" are about global warming, while "Bukan Lawan Jenis" addresses homosexuality. [2] "Jatuh Cinta Itu Biasa Saja" states that blind love is not good. [3] "Cinta Melulu" criticized the tendencies exhibited by Indonesian love songs ...
Allah begitu mengasihi dunia ini sehingga Dia memberikan Putra tunggal-Nya, supaya setiap orang yang beriman kepadanya tidak dibinasakan tapi mendapat kehidupan abadi. Perjanjian Baru dalam Terjemahan Sederhana Indonesia, Edisi Ketiga (New Testament in Plain Indonesian, 3rd Edition) Yayasan Alkitab Bahasakita (Albata) TSI: 2021
Sedang bersusah hati Air matanya berlinang Mas intannya terkenang Hutan gunung sawah lautan Simpanan kekayaan Kini ibu sedang lara Merintih dan berdoa. Second verse: Kulihat ibu pertiwi Kami datang berbakti Lihatlah putra-putrimu Menggembirakan ibu Ibu kami tetap cinta Putramu yang setia Menjaga harta pusaka Untuk nusa dan bangsa
Hamzah Fansuri (Jawi: حمزه فنسوري ; also spelled Hamzah Pansuri, d. c. 1590 ?) was a 16th-century Sumatran Sufi writer, and the first writer known to write mystical panentheistic ideas in the Malay language.