Search results
Results From The WOW.Com Content Network
It was first aired on Indosiar on 11 September 1997, and featured the commercially successful musical number "Melangkah Di Atas Awan", written by Eddy D. Iskandar, composed and arranged by Dwiki Darmawan and performed by Ronny Sianturi, which received generally positive reviews and peaked at number 5 in Aneka Top 13 Indonesian Hits chart in ...
A Long Way to Come Home was theatrically released in Indonesian on 2 February 2023. [4] The film garnered 863,404 admissions during its theatrical run. [5] Netflix acquired the film's distribution, releasing it on 1 June 2023. [6]
Hey, lihat nona jauh, Rasa sayang sayang, hey! Buah cempedak di luar pagar, Ambil galah tolong jolokkan; Kami budak baru belajar, Kalau salah tolong tunjukkan. Pulau pandan jauh ke tengah, Gunung daik bercabang tiga; Hancur badan di kandung tanah, Budi yang baik dikenang juga. Dua tiga kucing berlari, Mana sama si kucing belang; Dua tiga boleh ...
Yang dinamakan 'Bahasa Indonesia' yaitu bahasa Melayu yang sungguhpun pokoknya berasal dari 'Melayu Riau' akan tetapi yang sudah ditambah, diubah atau dikurangi menurut keperluan zaman dan alam baru, hingga bahasa itu lalu mudah dipakai oleh rakyat di seluruh Indonesia; pembaharuan bahasa Melayu hingga menjadi bahasa Indonesia itu harus ...
Terang bulan, terang di pinggir kali Buaya timbul disangkalah mati Jangan percaya mulutnya lelaki Berani sumpah 'tapi takut mati Waktu potong padi di tengah sawah Sambil bernyanyi riuh rendah Memotong padi semua orang Sedari pagi sampai petang Waktu potong padi di tengah sawah Sambil bernyanyi riuh rendah Bersenang hati sambil bersuka
The 2024–25 Liga 2 (also known as the 2024–25 Pegadaian Liga 2 for sponsorship reasons) will be the eighth season of the Liga 2 under its current name and the 15th season under its current league structure.
Aerial view of Tegal (date unknown) Aerial view of Pagongan sugar factory (ca.1928-40) The city of Tegal developed from a small village called Tetegual. The modernization of the village began in the early 1530s, and it eventually became part of the Pekalongan Regency, which admitted the existence of [clarification needed] the Pajang Empire in Central Java.
The duduk (/ d uː ˈ d uː k / doo-DOOK; Armenian: դուդուկ IPA:) [1] or tsiranapogh (Armenian: ծիրանափող, meaning "apricot-made wind instrument"), is a double reed woodwind instrument made of apricot wood originating from Armenia.